Minggu, 15 Februari 2009

KULINER



DAWET JABUNG PONOROGO

Istilah dan nama

Kalau anda melalui jalan Ki Ageng Kutu lurus hingga selatan Kantor Kecamatan siman anda pasti akan melihat berjajar warung. Baik itu warung kopi atau warung yang ada tulisannya Dawet Jabung. Jabung sebetulnya adalah nama desa yang terletak di Kecamata Mlarak. karena dawet yang kini bertebaran di Ponorogo dari desa Jabung maka kemudian di sebut DAWET JABUNG

Itulah yang sesungguhnya Dawet kas asli Ponorogo. Dawet ini untuk cendholnya terbuat dari pati atau tepung dari batang aren. Atau yang di sebut sagu. Sedang gula merahnya adalah gula kelapa yang dulu di dapat dari Grogol Kecamatan sawoo ( hingga sekarang tetap jadi produsen gula merah). Dengan begitu dawet Jabung dan dhawet-dawet lain berbeda rasanya. Sehingga dawet Jabung bisa go public. Sedang Aren atau nira biasanya diperoleh dari kecamatan Ngebel.

Penyajian unik

Dawet dari desa Jabung selain memiliki rasa yang kas dan harga ayang amat murah juga ada satu lagi yang menyebabkan amat di kenal, yaitu cara penyajian. Dawet ini disajikan dalam keadaan segar artinya selalu memakai Es batu bila kita gak minta tanpa es. Selain itu di Jabung di sajikan dengan mangkok yang di letakakan di atas lepek. Awas jangan sampai salah ambi seperti kopo. Lepek gak boleh di pegang atau ambil. Tapi hanya mangkoknya, loh. Sebab konon kata orang artinya mau mengajak bakulnya sekalian.

Entah kebetulan atau tidak, seorang pembeli dari luar kota, tanpa sengaja mengambil mangkok bersama lepeknya. “Mas, mangkoknya saja yang diambil,” ingat si penjual. Ketika ditanya alasannya, si Mbak hanya menyahut “Lepeknya buat tutup gula, nanti diserbu lalat,” tolaknya haluss. Ssttt…saya kasak-kusuk sama si Anton, “Mbak’nya jelas nolak, wong sudah tuwirr,” bisik saya.

Jabung tempo dulu

Konon kemahsyuran dawet Jabung berkaitan erat dengan legenda warok Suromenggolo, yang terkenal sakti mandraguna dan merupakan tangan kanan R. Bhetoro katong.

Diceritakan, suatu hari Warok Suromenggolo terlibat perang tanding melawan Jim Klenting Mungil yang menguasai gunung Dloka dan mempunyai pusaka andalan yaitu Aji Dawet Upas. Konon, ajian ini berbentuk cendol dawet yang terbuat dari mata manusia. Terkena ajian dawet upas seketika tubuh warok Suromenggolo menderita luka bakar hingga pingsan.

Warok Suromenggolo akhirnya ditolong oleh seseorang pengembala sapi bernama Ki Jabung. Setelah diguyur dawet buatan Ki Jabung, seketika luka yang diderita Warok Suromenggolo sembuh, bahkan dapat mengalahkan Jim Klenting Mungil dan Jim Gento. Sebagai ungkapan terima kasih, Warok Suromenggolo mengeluarkan ungkapan yang kemudian jadi sabda, kelak masyarakat desa Jabung akan hidup makmur karena berjualan dawet.

Kini hampir seluruh warga desa Jabung berjualan dawet. walaupun hanya warung dawet sederhana, namun rata-rata kehidupan mereka berkecukupan. apakah hal ini berkat sabda Warok Suromenggolo?

Sumber : Buku “Mengenal potensi dan dinamika Ponorogo” 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar